FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA
Keywords:
protein, berat badan lahir, stuntingAbstract
Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi stunting meningkat hingga 37,2%. Asupan protein yang kurang dan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) dapat mempengaruhi pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan stunting.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian berusia 36-59 bulan sejumlah 64 orang yang diambil menggunakan teknik proportional random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman (a=0.05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh subjek penelitian mengalami stunting, 12 (18,80%) sangat pendek dan 21 (32,80%) pendek. Sebagian besar asupan protein defisit, yaitu 28 (43,8%) defisit berat, 8 (12,5%) defisit sedang, dan 18 (28,1%) defisit ringan. Subjek penelitian sebanyak 20 (31,25%) balita memiliki riwayat BBLR dan 44 (68,75%) tidak BBLR. Asupan protein (r=0,753, p= 0,0001) dan BBLR (r=0,001, p=0,415) berhubungan bermakna dengan stunting.
Disimpulkan bahwa asupan protein dan BBLR memiliki hubungan bermakna dengan stunting.
Downloads
References
Northeast Brazil: The Role of Schistosoma
Mansoni Infection and Inadequate Dietary
Intake. EJCN 58: 1022-29.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta.
Brown JE. 2008. Nutrition Through the
Life Cycle 4th Ed. Belmont: Thomson
Wadsworth.
Depkes RI. 1996. Buku Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Direktorat Rumah Sakit Khusus dan
Swasta, Dit Jen Yanmedik.
Dewey KG, Begum K. 2011. Long-term
Consequences of Stunting in Early Life.
Maternal and Child Nutrition 7(Suppl.3):
5-18.